Rabu, 22 September 2010

The New York Times Diramal Tutup




Menurut berita yang dilansir sebuah media internet Huffington Post, penerbit The New York Times, Arthur Sulzberger, pada sebuah konferensi puncak pers di London menyatakan, “Dalam beberapa waktu mendatang The New York Times akan menghentikan media cetaknya, namun waktunya belum ditentukan.”
Ungkapan Sulzberger itu merupakan reaksinya atas ramalan dari kalangan penerbit surat kabar yang menyatakan bahwa  harian tersebut “akan berhenti mencetak koran pada 2015” mendatang. Ia menyatakan, awal tahun depan situs The New York Times akan mengusung sebuah model tampilan situs bebayar berdasarkan volume. Ia berkata, “Cara ini akan membuat jutaan pembaca yang  mengakses situs ini lewat mesin penelusur dapat menemukan berita yang kami publikasikan dengan lancar.”
Minggu ini The New York Times juga mengumumkan telah bekerja sama dengan perusahaan media internet Betaworks yang dijuluki sebagai “inkubator media sosial”, untuk mengembangkan suatu layanan berita sosial yang berkepribadian yang disebut News.me. Sebenarnya ini hanyalah salah satu dari serangkaian manuver yang dilakukan The New York Times dua tahun terakhir ini untuk menyelamatkan diri dari kehancuran.
Langkah pertama dilakukan perusahaan tersebut pada Maret 2009 lalu dengan cara menjual 21 lantai gedung pusat mereka kepada sebuah perusahaan investasi, yang bertujuan untuk meringankan beban hutang mereka yang mencapai 1 miliar dollar AS. Berikutnya Juni 2009, para karyawan harian Boston Globe yang masih merupakan perusahaan di bawah panji The New York Times dipaksa untuk menerima pengurangan gaji, jika tidak koran yang terbesar di wilayah Boston ini terancam ditutup. Setelah serikat buruh mengalah, The New York Times pada Agustus mengumumkan mencari calon pembeli Boston Globe yang terus menerus merugi itu. Pendiri situs internet Business Insider yang juga mantan bintang Wall Street Investment Bank, analis internet Henry Blodget, mengatakan, “Hal ini sudah sangat jelas, namun juga akan menjadi suatu peristiwa yang sangat penting.”
Ia menyatakan, kecuali jika The New York Times dapat menemukan suatu “sumber pendapatan ekonomi baru bersifat digital yang ajaib”, kalau tidak maka perusahaan itu pada akhirnya terpaksa harus melakukan perampingan dan restrukturisasi, atau menjualnya kepada pengusaha bermodal besar yang bersedia menjalankan perusahaan itu sebagai suatu hobi walaupun terus merugi
SUMBER(Epochtimes.co.id) , EPOCHTIMES INDONESIA

0 komentar:

Posting Komentar